Selasa, 20 September 2016

Belajar Jujur Dengan Uang Kartun



Hai om dan tante yang baik hati, terima kasih sudah mampir untuk membaca dan melihat cuap-cuapku ini di blog mamahku ini.
Perkenalkan nama lengkapku Muhammad Melvin Kyra Muhsin yang sering di panggil  Evin. Aku punya adik perempuan yang centil dan selalu ingin tahu segala hal namanya Melody. 
Usiaku sekarang 5 tahun dan desember nanti usiaku 6 tahun. Sekarang ini aku sudah masuk sekolah lho sejak bulan agustus lalu dan sekolahku di TK Negeri Pembina. Di sekolah aku banyak belajar meskipun sebenarnya semua itu juga diajarkan dirumah oleh mamah dan papahku tapi disekolah bedanya aku belajar bersama teman-teman baru yang aku temui.
Orang –orang dewasa yang aku temui sering bertanya padaku “ kalau besar nanti, Evin mau jadi apa? “. Aku spontan berkata “pengen jadi guru seperti nenekku”. Mereka pun bertanya lagi untuk alasannya aku pun menjawab karena ingin saja, meski mungkin nanti ketika dewasa cita-citaku akan berubah sesuai ketrampilan dan kemampuanku…hehehe
Aku memiliki papah yang mempunyai sifat seperti sersan (serius tapi santai ..haha), terkadang kalau kami bermain, papah suka bikin aku ketawa sampai menangis dan kalau serius jangan coba-coba buat main-main apalagi itu saat ngaji..
Sedangkan mamahku seperti ibu kebanyakan dan menurutku mamah itu cerewet, apalagi kalau aku sudah iseng sama adikku.
Pernah suatu hari,  aku sedang bermain bersama adikku, kami bermain “ beli-belian” tapi pakai uang mainan, uangnya bisa dibeli di pasar, tempat mainan atau dari makanan, ada yang bentuknya kecil ada juga yang bentuknya sedikit besar, dan gambarnya karakter kartun seperti Barbie, power rangers dan sebagainya. Walaupun aku masih TK, aku tau lho nilai uangnnya berapa ( kalaupun itu uang asli, aku juga mengenal nilai uangnya dan hapal dari warnanya meski aku belum bisa membaca).
Peraturan bermainnya sederhana seperti permainan monopoli, hanya saja kami berdua bermain, uangnya dibagi rata oleh mamah ( tugas mamah ceritanya adalah bank…hehe) Tugasku sebagai pembeli dan adikku sebagai penjual dengan mainannya. Tapi aku merasa uangku terlalu sedikit sebagai pembeli, bukannya aku pembeli? Bukannya aku lebih tua dari adikku? Seharusnya kan aku lebih banyak. Aku pun merampas uang adikku itu sedikit saat dia lengah menata mainannya, tapi saat dia meyadari uangnya sisa sedikit, adik pun menangis sekeras- kerasnya dan mamahku menasehatiku untuk tidak seperti itu karena tidak baik. Kata mamah “nak, semua orang memiliki hak yang sama dan mengambil hak orang lain itu sama saja kita belajar untuk tidak jujur” kalau versi asli sih dirumah mamah pakai bahasa daerah…hehe tapi namanya juga anak-anak, aku masih belum mengerti apa yang mamah katakan sebenarnya dan aku kembali iseng lagi tapi tidak mengambil uang dari adik tapi dari mamah (bank)  ..hihi tapi adik mengadu pada mamah atas perbuatanku saat diam-diam dia melihatku mengambilnya tadi.
“kaka, gak boleh jadi orang serakah, nanti kalau evin besar dan pegang uang beneran dan evin seperti tadi pa itu tindakan baik?" Tanya mamah yang tangannya memegang adonan..
"Bukankah itu sama saja seperti mencuri? Evin tau gak akibatnya apa?” Tanya mamah yang tangannya masih memegang  spatula sambil mengaduk  adonan.
“enggak mah, kaka kan pembeli,  gimana mau beli kalau uangnya dikit, kan kaka beli tempat adik saja  nanti uangnya buat adik juga?” ucapku beralasan.
“nah itu,, emang adik kalau  jualan gak perlu beli dagangannya lagi untuk memutar uangnya? Dia kan punya kehidupan juga kaka”
“gak ngerti mah, kan adik mamah suapin, adik mana bisa belanja” mungkin ucapanku buat mamah malah tertawa trus bilang “sayaang, itu Cuma seandainya kalau pegang uang beneran. Anggap saja mainan ini adalah nyata buat kamu. Jujur itu perlu lho..dari hal kecil seperti ini  aja dulu nak, biar nanti terbiasa dan tertanam menjadi sifat baik’ mu” kata mamah berlalu sambil mencetak adonan kue tadi.
‘ okeh deh mah, kaka janji jadi orang baik”
Sekarang aku sudah mengerti dengan bahasa kami sendiri dan aku harus merasa akibatnya bermain curang tadi akhirnya aku di cuekin  adik selama 10 menit…haha terus akur lagi deh sambil ngemil buatan mamah sambil nonton kartun kesukaan kami spoengbob squerpants.
Malamnya sehabis sholat dan belajar mengaji, teman papah datang berkunjung. Mamah sering mengajarkan kami untuk tidak ikut mendengarkan orang tua berbicara dengan tamunya karena itu di anggap tidak sopan.  Aku hanya bisa melihat sambil nonton televisi kalau teman papah itu mengeluarkan surat putih ke papah dan aku pun tertarik melihat reaksi papah, papah Cuma bisa geleng-geleng sambil tangannya mennyodorkan surat itu kembali ke temannya. Setelah tamu itu pulang , aku tertarik bertanya ke papah “ pah, kok papah gak mau ambil sih, emang orang itu mau kasih surat apa pah?”
“hahaa….itu bukan surat nak, itu tip  dari teman papah tapi papah gak ambil”
“tip itu apa pah?”
“yaaaah….itu bisa disebut uang buat beli rokok”
“ohh gitu, berarti seperti uang yang diselipin ke kantong kaka kemarin yah pah?”
“lhoo,,,kapan ka?” Tanya papah heran
“ kemarin waktu dia datang kerumah pas papah gak ada, dia mau nitip ini katanya nih buat evin beli es krim yah…tapi pas aku liat apa yang dimasukin dalam kantong bajuku ternyata uang pah, jadi aku kasih ke mamah uangnya karena terlalu besar pah”
“ka, lain kali kalau teman papah kasih uang, tolak aja yah nak tapi dengan sopan seperti yang papah ajarkan karena itu tidak baik”
“iya pah, tapi kenapa mesti di tolak pah, orang itu kan baik mau kasih uang”
Sambil tertawa papah bilang saat kita diperlukan untuk menolong orang lain yang membutuhkan, kita gak boleh memanfaatkan  situasi tersebut apalagi menerima imbalan  dan itu namanya kita menjadi orang yang tidak jujur, lebih baik menerima pahala dari Allah SWT untuk hidup akhirat.  Papah dan mamah menjadi teladan bagiku untuk melakukan kebaikan dan kejujuran dari saat ini hingga aku dewasa nanti agar Aku tumbuh menjadi anak yang jujur, dari hal kecil hingga hal yang rumit nantinya karena lebih baik hidup sederhana dan apa adanya daripada hidup begelimang kemewahan tetapi memiliki beban yang di tanggung dunia akhirat karena akibatnya bukan hanya hukuman saja tapi menjadi asing di tengah orang yang kita cintai. 
Papah sering mengajarkanku hidup hanya mencari ridho sang pencipta bukan mencari murka dariNya. Bukankah kita menjadi generasi muda yang akan datang dan menghasilkan generasi baru yang akan datang lagi , maka dari orang tuaku lalu ke diriku hingga ke depan kami harus menjadi “aku anak jujur” agar merubah bangsa Indonesia yang di ridhoi oleh Allah SWT dan makmur untuk kesejahteraan bersama.
Oke, terima kasih sudah membaca hingga akhir.  Doakan selalu agar aku dan adikku menjadi anak yang jujur dan berprestasi , kebanggaan orang tuaku . wassalam














Insun Power : Mewujudkan Bukan Lagi Menjadi Mimpi

sebagai seorang ibu tentu saja sudah menjadi kewajiban untuk mengatur keuangan, tapi bagaimana jika semua kebutuhan menjadi serba...